Minggu, 23 Desember 2012

"Kekuatan"

yap! Di postingan gue kali ini, gua akan ngebahas tentang novel yang pernah gue baca waktu SMP. Dan kebetulan gue dapet tugas menganalisa materi Bahasa Indonesia tentang "Novel terjemahan". Novel yang gue angkat ini termasuk True Story. Dan mungkin gue cuma akan menceritakan kembali garis besar isi novel karya Torey Hayden ini yang berjudul Sheila ; Luka Hati seorang Gadis Kecil, karena pastinya akan lebih seru kalo lo baca sendiri keseluruhan novelnya.  Okay! Read this one!  ;)

One Child - Torey's first book

Torey Hayden, merupakan seorang guru yang mengajar di sekolah luar biasa. Ia mengabdikan dirinya untuk mengajar di sekolah luar biasa sejak tahun 1979. Dengan perjuangan dan pengalaman-pengalaman yang sudah dimilikinya ia berhasil menaklukkan 8 orang anak “khusus” yang berumur kurang dari 10 tahun yang masuk ke kelasnya pada tahun itu. Yang pertama adalah Peter, seorang anak yang kondisi neurologisnya buruk sehingga perilakunya sangat kasar. Yang kedua adalah Tyler, seorang anak perempuan yang mencoba bunuh diri dua kali. Yang ketiga bernama Max yang menderita autisme. Yang keempat adalah Freddie yang diduga menderita autisme, namaun ada juga yang menduga mengalami keterbelakangan mental yang parah. Yang kelima adalah Sarah, seorang anak yang menjadi korban penyiksaan fisik dan seksual yang menjadikannya pemarah dan pembangkang. Yang keenam bernama Susannah Joy yang menderita skizofrenia kanak-kanak. Yang ketujuh bernama William yang takut akan segala hal. Lalu yang terakhir bernama Guillermo, anak imigran Meksiko yang buta dan pemarah. Awalnya Torey merasa putus asa, tetapi dengan bantuan kedua orang assistent-nya, yaitu Anton seorang imigran Meksiko berumur 29 tahun yang belum lulus SMU dan tidak pernah membayangkan berkeja di bidang pendidikan yang berisi anak-anak “khusus” dan Whitney, seorang murid SMP. Torey pun meneguhkan dirinya untuk mengajar anak-anak tersebut.

Satu  semester berlalu.  Torey dapat mengatasi perilaku kedelapan anak tersebut. Namun, tidak dengan Sheila, yaitu gadis kecil murid tambahan Torey yang berusia enam tahun yang baru saja membakar anak lelaki berusia tiga tahun sampai nyaris mati. Gadis itu menderita problem emosional parah. Dia tak pernah menangis, baik dikala sedih, marah, maupun kesakitan. Dia juga agresif dan selalu membangkang. Ia benci akan segala hal. Sheila dibesarkan tanpa kasih sayang dari kedua orang tuanya. Ibunya pergi bersama adiknya dan meninggalkannya di tengah jalan tol, sedangkan ayahnya yang pemabuk selalu mengatakan anak haram kepada dirinya dan selalu menyiksa Sheila. Tubuhnya sangat bau oleh bau pesing karena bajunya tidak pernah diganti. Akibat peristiwa pembakaran tersebut, Sheila akan dimasukan ke rumah sakit negara. Namun, karena tidak ada instalasi khusus anak, ia ditempatkan sementara di kelas Torey sampai instalasi anak dibuka.
Beberapa bulan sebelum Torey menerima Sheila di kelasnya, sebenarnya ia telah membaca sebuah artikel tentang seorang anak perempuan yang menculik anak berusia tiga tahun dan membakarnya hingga luka sangat parah. Di sinilah Torey mendapat ujian yang sangat sulit untuk ia taklukkan. Jika selama ini dia mampu mengatasi masalah yang dialami murid-muridnya, tetapi tidak dengan Sheila.
Beberapa masalah pun dihadapi Torey saat pertama kali Sheila masuk ke dalam kelasnya, dari tidak mau mengerjakan tugas, suka berteriak-teriak dan marah, sampai saat Sheila membuat gempar sekolah dengan mencungkil mata ikan-ikan yang terdapat di akuarium sekolah sampai membuat kelas sangat kacau dan tidak terkendali. serta melukai seorang staff Torey. Tidak sampai di situ saja, jika Sheila marah terhadap seseorang dia pasti akan membalas dendam terhadap orang tersebut dengan cara apapun. Termasuk terhadap kedua orang guru yang ada di dalam sekolah tersebut. Sheila merusak tempat kerja mereka. Ketika membuat kesalahan, Sheila selalu berlari, dan pada saat itu juga Torey harus mengejarnya. Torey berusaha untuk berbicara dari hati ke hati dengan Sheila bahwa ia adalah seorang teman yang tidak perlu ditakuti. Namun Sheila tidak percaya begitu saja. Torey meyakinkan kembali, lagi dan lagi untuk waktu yang sangat lama. Akhirnya, Sheila pun mau untuk mendekat walaupun sikapnya masih sangat waspada terhadap Torey.

Sheila menceritakan hal-hal yang telah dialaminya kepada Torey seperti bekas luka tanda yang tertinggal ketika ujung rokok menyala yang ditekankan pada kulit dan bekas luka yang ada dikakinya. Sheila juga bercerita bagaimana dia menyembunyikan botol-botol bir ayahnya di balik sofa agar ayahnya tidak minum terlalu banyak dan bagaimana dia bangun untuk melepaskan rokok dari mulut ayahnya setelah ayah jatuh tertidur. Masalah itulah yang mempengaruhi pekerjaan, perilaku, dan sikap Sheila terhadap anak-anak lain dan terhadap orang dewasa.

Suatu ketika Torey ingin megetahui IQ Sheila karena selama ini Torey memperhatikan sikap dan perilakunya tidak seperti anak-anak yang ada dikelasnya dan tidak seperti anak umut 6 tahun. Hasilnya sangat menakjubkan. Sheila mencapai angka 102, untuk anak semur Sheila skor hanya mencapai angka 99. Allan, psikolog sekolah tempat Torey mengajar pun mengatakan hal yang sama dan terkagum-kagum, ia pun berusaha untuk mencari tes yang dapat mengukur IQ Sheila. IQ Sheila setara dengan anak kelas 5. Torey sangat yakin bahwa Sheila tidak layak dimasukan kedalam rumah sakit negara. Ia bersikeras untuk menampatkan Sheila di sekolah biasa, di sekolah normal .
Ketika instalasi anak di rumah sakit Negara sudah dibuka, mau tidak mau Sheila harus ditempatkan di sana karena pengadilan sudah memutuskannya. Namun, Torey sudah sangat mencintainya dan ia berusaha untuk menempatkan Sheila di sekolah umum. Dengan bantuaan pacarnya, Chad, seorang pengacara, ia menentang pengadilan dan berusaha untuk menempatkan Sheila di sekolah umum. Akhirnya, kemenangan diraih oleh Torey sehingga Sheila tidak perlu dimasukan kedalam rumah sakit Negara. Sheila bisa bersekolah di sekolah umum.
Sesungguhnya begitu sulit dipercaya bahwa pada kenyataanya terdapat seorang anak usia 6 tahun yang mengalami begitu besar penolakan, pengabaian, bahkan penyiksaan fisik dan seksual oleh keluarganya sendiri. 

Setelah berminggu-minggu berlalu terutama setelah Torey menghabiskan begitu banyak waktu selepas pelajaran untuk menjalin hubungan erat dengan Sheila, Torey menyadari apa yang terjadi pada Shaila itu semua disebabkan oleh orang tua Sheila sendiri yang tidak perhatian pada Sheila. Torey adalah wanita dewasa pertama yang berkesempatan menyediakan banyak waktu bersamanya dan dia menangkap kesempatan itu dengan penuh semangat. Walaupun Sheila adalah anak yang sulit untuk dipahami perilakunya bahkan ia pernah mencongkel mata ikan hias yang ada dikelas, mengobrak-abrik kelas dan bertingkah agresif, dengan kesabaran dan kasih sayang Torey dan komitmen yang dimiliki Torey, kini Sheila berkembang seperti bunga daffodil di tengah musim dingin yang berat. Dia kini benar-benar bersih. Semakin lama dia semakin membaur dengan anak-anak lain dalam kelas. Selama empat setengah bulan Sheila berubah menjadi seorang anak yang bersemangat dan ceria.
Hari demi hari Torey dan Sheila lewati bersama bagaikan seorang anak dengan ibunya, mereka setiap hari membaca dongeng bersama, membeli pizza ke suatu tempat dan jalan-jalan kesuatu tempat yang indah.

Setelah beberapa tahun, saat itu bulan mei dan sekolah akan ditutup pada minggu pertama bulan juni, penyebabnya adalah peraturan Negara bagian bahwa setiap anak cacat harus ditempatkan dikelas yang tidak terlalu membatasi, sehingga terpaksa kelas Torey harus ditutup dan dia akan dipindahkan disuatu tempat yang jauh dari kota. Torey menangani seluruh masalah ini dengan hati-hati meskipun tidak ragu-ragu sebab Sheila tidak akan bisa menerima apapun yang dirasanya. Air mata, kemarahan dan diam seribu bahasa menyambut usaha awal Torey. Air mata mengambang di matanya karena sekarang Sheila Torey titipkanan di kelas biasa kebetulan gurunya adalah teman baik Torey yaitu Sundy Mc. Setelah itu torey dan Sheila berpisah, perpisahan itu merupakan hal yang sangat berat untuk dilakukan mereka.


Puisi dari Sheila untuk Torey Hayden

Sheila sekarang sudah berusia sekitar 30-40 tahun-an. Untuk lebih lengkapnya buka aja http://www.torey-hayden.com/one_child.htm

Dari novel ini gue sadar, betapa besar kekuatan yang tersimpan di dalam diri seseorang. Entah  kekuatan itu dalam bentuk kemauan, kemampuan, atau apa pun. Bahkan dalam diri seorang manusia yang hakikatnya punya kekurangan fisik, mental, dan lain-lain. Kekurangan dan kelebihan satu paket kan? Ga ada orang yang hanya punya kelebihan, atau orang yang dalam dirinya hanya terdapat kekurangan. Bersyukurlah atas apa yang Allah kasih ke kita, dan yakinlah di dalam diri kita ada "KEKUATAN".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar